Selasa, 02 Mei 2017

Film Kartini

Film Kartini yang dibintangi oleh artis cantik Dian Sastro dengan sutradara kondang Hanung Bramantyo akan di putar untuk masyarakat Jepara


TIKET NONTON #FILMKARTINI DI JEPARA
Sedulur di #Jepara dan sekitarnya yang ingin nonton Film Kartini, pre-sale tiketnya sudah dibuka. Silakan daftarkan diri Anda di sini
Jika sedulur ingin "Meet & Greet" serta berdiskusi bersama tamu Film Kartini yang kita undang, silakan daftarkan diri Anda pula di sini
Apa kelebihan membeli tiketnya sekarang?
1. Harganya lebih murah,
2. Kursi lebih nyaman,
3. Tiketnya terbatas.

Trailer Filem Kartini di sini

Jumat, 28 April 2017

SMS Palsu, Laporkan !!

Laporkan SMS palsu yang Anda terima. Dengan melaporkan hal ini, anda turut serta membantu dalam proses pembekuan sementara rekening dari penipu yang bersangkutan, serta menghindarkan orang lain dari risiko penipuan di kemudian hari.


Rabu, 22 Maret 2017

Hanung Bramantyo Ingin Rumah Kartini Jadi Tempat Wisata


Hanung Bramantyo Ingin Rumah Kartini Jadi Tempat Wisata
Proses pembuatan film Kartini memakan dana Rp 12 miliar. Sebagian besarnya untuk membuat bangunan tiruan rumah Kartini di Jepara.
Oleh karena itu, sutradara film tersebut, Hanung Bramantyo (41), ingin menjadikan rumah tersebut tujuan wisata supaya tetap mendatangkan manfaat sesudah digunakan untuk shooting.
Hanung berujar bahwa pengeluaran tertinggi pembuatan film itu bukan untuk membayar sederet artis papan atas yang main, melainkan untuk keperluan artistik.
"Terus terang justru pemain-pemain ini tidak mahal. Mungkin karena mereka mau mengabdikan diri terhadap Kartini, ya," ujar Hanung ketika ditemui sesudah acara peluncuran trailer dan soundtrack film Kartini, di Djakarta Theater XXI, Jakarta Pusat, Selasa (21/3/2017).
"Justru yang mahal itu di artistik. Ya, saya membangun rumah Kartini. Terus, bikin kereta kuda. Kereta kuda itu ada kereta bupati, istri, kereta rakyat, lurah, gubernur jenderal itu beda," sambung suami artis peran Zaskia Adya Mecca ini.
Hanung mengaku bahwa untuk pembuatan film Kartini pihaknya mendapat bantuan berupa data dari Pemerintah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, sehingga ia dan timnya bisa melakukan riset dengan mudah.
Lanjut Hanung, tadinya ia ingin sekali meminta bantuan pemerintah untuk membangun rumah Kartini. Namun, membangun rumah Kartini membutuhkan dana Rp 8 miliar dan waktu kira-kira delapan bulan.
"Padahal, saya berharap (rumah) itu dibangunkan, terus setelah shooting, kan yang main bintang-bintang mehong (mahal) gitu, bayangkan yang belum pernah ke Jepara akhirnya ke Jepara, akhirnya kemudian semua di sana," jelasnya.
"(Rumah Kartini) bisa jadi tempat wisata. Jadi, kalau mereka ke Jepara, bisa beli ukiran, beli mebel, mampir ke Rumah Kartini. Cuma ya, waktu itu enggak menarik mungkin," sambungnya.
Hanung menambahkan bahwa 100 persen dari hasil riset yang diperolehnya, 40 persen saja yang bisa diangkat ke gambar.
"Enam puluh persennya susah karena butuh budget," kata Hanung. 
(Sumber: Kompas)

Senin, 13 Maret 2017

Joglo Jepara

Rumah Joglo Adat Jepara

Rumah adat Jepara atau disebut juga Joglo Jepara adalah Rumah tradisional asal Jepara salah satu rumah tradisional yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat Jepara.

Ciri Khas
Rumah Adat Jepara memiliki atap genteng yang disebut “Atap Wuwungan”, dengan bangunan yang didominasi seni ukir empat dimensi (4D) khas kabupaten Jepara yang merupakan perpaduan gaya dari budaya Hindu-Jawa, Islam-Arab, Tionghoa-Cina dan Eropa-Portugis. Rumah ini diperkirakan mulai dibangun sekitar tahun 600-an Masehi (era Kerajaan Kalingga) dengan 95% kayu Jati asli. Joglo Jepara mirip dengan Joglo Kudus tetapi perbedaan yang paling kelihatan adalah bagian pintunya, Joglo Jepara memiliki 3 pintu utama sedangkan Joglo Kudus hanya memiliki 1 pintu utama.

Ciri khusus arsitektur bangunan ini adalah :
  • Bahan bangunan terbuat dari kayu dengan dinding kayu berukir
  • Memiliki 4 buah tiang di tengah bangunan
  • Atap dari genting dan khusus kerpus memiliki motif ukiran gambar wayang.

Tata Ruang
Bahan bangunan Rumah adat Jepara terbuat dari kayu dengan dinding kayu berukir, Memiliki 4 buah tiang di tengah bangunan. menurut pembagian ruangnya adalah sebagai berikut:
  • Ruang Peringgitan
Ruang ini dulu untuk menerima/ menjamu tamu terbatas, sampai saat inipun tempat ini masih dipergunakan untuk dhahar prasmanan dan menerima tamu. Namanya rono kaputren (yang ukirannya tembus) atau berlubang dan yang blok ukir namanya rono kaputran.
  • Ruang Keluarga
Tempat/ruangan ini dulu dipergunakan untuk berkumpulnya keluarga.
  • Ruang Pingitan
Pengertian dipingit tidak di ruangan ini terus, boleh keluar tetapi dengan batasan depan ada rono (ukiran yang tembus/berlubang) dan belakang ada tembok yang tinggi, dan pengertian dipingit adalah menunggu lamaran dari pria yang tidak dikenalnya.
  • Pawon
Biasa digunakan untuk masak, belajar dan melihat televisi.
  • Pakiwan
Untuk halaman depan rumah, terdapat sumur pada sebelah kiri yang dinamakan Pakiwan, yang juga berfungsi untuk kamar mandi.


Filosofi
Keunikan dan keistimewaan Rumah Adat Jepara (Joglo Jepara) tidak hanya terletak pada keindahan arsitekturnya yang didominasi dengan seni ukir kualitas tinggi, dan Atap dari genting dan khusus kerpus memiliki motif ukiran menyerupai mirip bentuk gambar wayang. tetapi juga pada kelengkapan komponen-komponen pembentuknya yang memiliki makna filosofis berbeda-beda. Adapun konsep falsafah dari bangunan joglo ini adalah:

  • Menghadap ke laut dengan maksud agar berpikiran luas
  • Membelakangi gunung dengan maksud agar tidak congkak dan tinggi hati
  • Atap berujud pegunungan dengan maksud religius yaitu Tuhan di atas dan berkuasa atas segalanya.
  • Tiga wuwungan atap tidak patah tetapi melengkung yang mempunyai maksud sebagai perwujudan cara hidup yang luwes.
  • Tiga buah pintu di depan merupakan perwujudan hubungan antara : Manusia dengan Tuhan, Manusia dengan manusia, Manusia dengan alam


Genteng Jepara
Genteng Kerpus Tradisional Jepara atau Genteng Wuwungan Khas Jepara merupakan gententeng yang memiliki ukiran yang indah dan terkandung filosofi di dalamnya. yaitu:
  • Genteng Makuta
Genteng ini hanya ada satu dan terdapat pada bagian paling atas dan tepat ditengah, yang artinya penguasa harus memiliki sifat adil dan bijaksana.
  • Genteng Gajahan
Bentuk genteng yang tidak patah tetapi melengkung yang mempunyai maksud sebagai perwujudan cara hidup yang luwes. Sebagian orang menyebut genteng gajahan dengan sebutan genteng gatotkaca.
  • Genteng Krepyak
Menghadap ke atas sebagai motivasi bukan untuk jadi rendah diri.



Sumber : wikipedia

Selasa, 07 Maret 2017

Tradisi Berburu Keong Sawah Usai Panen Padi




Jepara – Saat ini kondisi persawahan di kecamatan Kedung dan Pecangaan habis panen. Sawah uang dulunya menguning padinya kini sudah habis di potong mesin. Beberapa area persawahan mulai menebar bibit padi untuk MT 2.
Sore hari area persawahan ramai dengan datangnya pemburu keong sawah. Mereka datang berombongan dengan membawa plastic lalu terjun ke sawah memunguti keong sawah. Keong sawah ada yang berukuran besar ada juga yang berukuran kecil. Disawah yang masih berair itu banyak keong sehingga area persawahan menjadi ramai.
.
“Kalau yang besar seperti ini namanya Keong tetapi yang kecil-kecil ini namanya besusul,sama enaknya . Bisa dibuat Sate juga bias dibuat rendang. Bahkan juga bias dibuat campuran sayur rasanya enak kenyil-kenyil “, kata Safari warga desa Sowan Lor.
Safuan mengatakan kegiatan berburu keong ini selalu dilakukan warga desa Sowan Lor usai panen padi. Jika padi mulai dipotong maka setiap sore hari warga beramai ramai terjun ke sawah untuk mencari keong sawah. Selain untuk di konsumsi sendiri , banyak pula warga yang menjual keong sawah ini dalam bentuk matang misalnya dibuat sate keong.
.
Rasanya yang enak membuat warga ketagihan untuk berburu Keong ini. Jika sawah satu habis keongnya maka pindah ke sawah sebelahnya begitu seterusnya. Bagi pemilik sawah datangnya para pemburu keong ini justru menguntungkan petani. Selan tanahnya gembur karena dinjak-injak juga bias mengurangi hama padi berupa keong ini.
Bagi warga pemburu Keong kegiatan ini sebagai refresing dari kesibukan sehari-hari. Biasanya mereka saharian bekerja ,entah sebagai kuli bangunan,buruh mebel dan pekerjaan lainnya. Sehingga berburu Keong ini menjadi hiburan tersendiri baginya. Sehingga tidak mengherankan yang terjun ke persawahan tidak hanya laki-laki saja . Banyak ibu-ibu yang turun ke sawah untuk berburu keong sawah ini.
Tradisi berburu keong sawah ini bagi pemerintahan desa di sekitar sawah bias dijadikan event wisata yang mendatangkan pengunjung yaitu dengan menggelar lomba berburu keong . Setiap peserta yang mendapatkan keong dengan jumlah terbanyak maka ia sebagai pemenangnya.